
Lampas Godong Upaya Meningkatkan Literasi Kearifan Lokal
Lampas Godong upaya Meningkatkan Literasi
Kearifan Lokal
Selasa, 15 Agustus 2023 dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, dan turut meningkatkan literasi kearifan lokal dengan mengenalkan budaya lokal Banyumas yang juga merupakan salah satu daerah sentra batik di Indonesia Pustaka Smana mengadakan kegiatan pelatihan Lampas Godong. Pustaka Smana menghadirkan pegiat batik Heru Susanto sebagai narasumber kegiatan Pelatihan Lampas Godong di SMA Negeri 1 Ajibarang. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh perwakilan kelas X, XI, dan XII. Selain itu, kegiatan juga diikuti oleh perwakilan anggota Dasa wisma Desa Lesmana dan Desa Kalisari, serta perwakilan dari SMP ZIIS yang turut serta memeriahkan kegiatan tersebut. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk pengimbasan Perpustakaan terhadap masyarakat sekitar agar mampu memberikan manfaat lebih terhadap warga sekitar.
Lampas godhong ini
merupakan sebuah metode dengan menggosok dedaunan yang sudah di lapisi dengan
cairan khusus sehingga menghasilkan motif-motif yang unik dan menarik. Batik lampas ini sekilas mirip dengan batik
ecoprint. Namun, lampas godong memungkinkan pembatiknya untuk mengeskplorasi
berbagai macam warna dalam satu kain, sedangkan pada ecoprint tidak dapat
bermain warna. Keistimewaan lampas godong lainnya adalah teknik ini dapat
diaplikasikan pada berbagai jenis kain. termasuk kaos dan jeans. Semua daun
dapat digunakan untuk media lampas godong, walaupun tidak selalu menghasilkan
bentuk yang bagus. Hal tersebut dikarenakan, hanya daun yang memiliki pori dan
serat yang kentara yang disarankan untuk
digunakan karena lebih berkarakter.
Pembatik cukup
mengoleskan perwarna pada dedaunan yang
disiapkan kemudian di tempelkan di media kain yang digunakan lalu menggosoknya
secara perlahan agar bentuk dapat tercetak dengan sempurna. Seluruh peserta
terlihat antusias mempraktikkan arahan dari narasumber, karena ternyata teknik
membatik lampas godong tidak sesulit menggunakan canting. Namun demikian, perlu
ketelitian dan konsentrasi yang tinggi agar motif dan warna yang dihasilkan
lebih bervariasi.
Pada kegiatan ini media
yang digunakan adalah kain mori, kain jilbab, dan kaos. Beberapa karya peserta
terlihat sangat menarik dengan perpaduan warna dan bentuk yang terkonsep dengan
rapi. Namun ada juga yang terlihat masih acak dan perpaduan warnanya belum
sempurna. Hal tersebut dimaklumi oleh nara sumber karena kegiatan ini baru
pertama kali, dan karena peserta terlalu banyak sehingga sulit untuk
berkonserntrasi terhadap arahan yang diberikan.
Heru Susanto berharap
bahwa kegiatan ini nantinya akan memiliki keberlanjutan sehingga mampu
mengembangkan kreativitas, keterampilan, serta meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
(Duta Pustaka SMANA)